Laknat Allah Untuk Yang Tidak Ikhlas
10:41 AMDan tiadalah mereka disuruh melainkan supaya menyembah Allah serta mengikhlaskan agama kepadanya."[Surah Al-Bayyinah;5]
Dipetik dari Kitab Minhajul 'Abidin karangan Imam Ghazali
Kata Ibnu Mubarak, Khalid bin Ma'dan berkata kepada Mu'az:
"Mohon diceritakan satu Hadis yang terdengar olehmu dari Rasulullah SAW. yang dihafal olehmu dan setiap hari dingat-ingat olehmu lantaran kerasnya hadis itu dan betapa halus dan dalamnya maksud hadis tersebut. Hadis manakah yang menurut pendapat tuan yang paling penting?"
Maka jawabnya(Mu'az): "Baiklah..aku akan sampaikan"
Kemudian beliau menangis dahulu, lama sekali menangisnya itu, selanjut beliau berkata:
"Emh,..sungguh rindu sekali kepada Rasulullah, ingin segera bersua dengan baginda." Kemudian beliau berkata lagi:
"Ketika menghadap Rasulullah SAW. beliau menunggangi unta dan beliau menyuruhku untuk naik di belakang beliau; kemudian berangkatlah aku bersama beliau dengan mengendarai unta tersebut dan beliau menengadah ke langit, kemudian bersabda dengan maksud:
"Puji syukur ke hadirat Allah Yang Berkehendak kepada makhlukNya menurut kehendakNya wahai Mu'adz!
Jawabku: "Ya! Sayyidal Mursalin."
Sabda beliau:
Sekarang aku akan menceritakan satu cerita kepadamu yang apabila dihafal olehmu, akan berguna bagimu, tapi kalau diabaikan olehmu, maka kamu tidak akan mempunyai hujjah kelak di hadapan Allah.
Hai Mu'adz, Allah itu menciptakan tujuh Malaikat sebelum dia menciptakan langit dan bumi; tiap satu ada satu Malaikat yang menjaga pintu; dan tiap-tiap pintu itu dijaga oleh Malaikat Penjaga Pintu, menurut kadarnya pintu dan keagungannya.
Jadi, Malaikat yang memelihara amalnya sihamba, yang mencatatkan amalnya sihamba itu naik ke langit dengan membawa amalnya sihamba yang bersinar-sinar cahayanya bagaikan cahaya matahari. Setelah sampai ke langit Pertama, Malaikat Hafazdzah yang menganggap amalnya sihamba itu banyak, memuji kepada amal-amal tersebut, tapi setelah sampai kepada pintu langit Pertama; kata Malaikat Penjaga Pintu Pertama kepada Malaikat Hafadzah:
"Nah tamparkan amal ini ke muka (wajah) pemiliknya, saya ini penjaga tukang mengumpat, saya diperintahkan untuk tidak menerima tukang mengumpat orang lain itu masuk, jangan sampai melewatiku untuk mencapai langit yang berikutnya."
Kemudian keesokan harinya ada lagi Malaikat Hafadzah naik ke langit dengan membawa amal Sholih yang berkilauan cahayanya, yang dianggap oleh Malaikat Hafadzah begitu sangat banyaknya serta dipuji; begitu sampai ke langit Kedua (yang lulus/selamat dari langit pertama kerana si pemiliknya tidak suka mengumpat).
Kata Malaikat di langit kedua: .."Berhentilah dan tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan, Allah memerintahkan kepadaku harus menahan amal ini jangan sampai melepasi langit yang lain." Maka Malaikat semuanya melaknat kepada orang yang tersebut sampai petang.
Ada lagi Malaikat Hafadzah yang naik ke langit dengan membawa amal hamba Allah yang sangat memuaskan, penuh dengan sedekah, puasa dan bermacam-macam kebaikan yang oleh Malaikat Hafadzah dianggap demikian banyaknya dan dipuji; tapi apabila sampai ke langit Ketiga kata Malaikat Penjaga Langit Ketiga:
"Berhentilah, tamparkanlah kewajah pemiliknya amal ini, saya Malaikat Penjaga Kibir(orang yang sombong/angkuh). Allah memerintahkan kepadaku agar amal ini tidak melepasi pintuku, jangan sampai ke langit berikutnya, salahnya sendiri dia takabbur kepada orang lain di dalam perkumpulannya."
Singkatnya, Malaikat Hafadzah naik lagi ke langit dengan membawa amal hamba yang lain, bersinar bagaikan bintang yang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, dengan puasa, sholat, haji dan umrah. Begitu sampai langit yang keempat; Malaikat Penjaga langit Keempat itu berkata:
"Berhentilah jangan dilanjutkan, tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya; saya ini Penjaga Ujub, Allah memerintahkan kepadaku agar amal ini jangan sampai melepasi, sebab jika dia beramal selalu ujub."
Kemudian naik lagi Malaikat Hafadzah dengan membawa amal hamba yang diiringi seperti pengantin perempuan yang diiringi kepada suaminya, begitu sampai ke langit kelima membawa amal yang begitu bagus, seperti jihad, ibadah Haji, Umrah, cahayanya berkilauan bagaikan matahari. Kata Malaikat Penjaga Langit Kelima:
"Saya ini penjaga sifat hasad/dengki, nah dia itu yang amalnya demikian bagus suka hasud/iri hati kepada orang lain atas kenikmatan Allah yang diberikan kepadanya; jadi dia itu membenci kepada Yang meridhokan, (kepada Allah). Saya diperintahkan oleh Allah jangan membiarkan amalnya itu untuk melepasi pintuku ke pintu yang lain."
Kemudian Malaikat Hafadzah naik lagi dengan membawa amal yang lain, membawa wudhu yang sempurna, sholat yang banyak, puasa, haji umrah sehingga sampailah ke langit yang Keenam; kata Malaikat penjaga pintu itu:
"Saya ini Malaikat Penjaga Rahmat, nah amal yang seolah-olah bagus ini tamparkanlah ke wajah pemiliknya, salahnya sendiri bahawa dia itu belum pernah mengasihi orang lain, apabila ada orang mendapat musibah, maka dia merasa senang. Saya diperintahkan oleh Allah bahawa amalnya ini jangan melepasiku, supaya jangan sampai kepada pintu yang lain."
Dan naik lagi Malaikat Hafadzah ke langit dengan membawa amal si hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, sholat, jihat dan wara'; suaranya pun bergemuruh bagaikan geledek, cahayanya bagaikan kilat. Begitu sampai kepada langit yang ke tujuh, kata Malaikat yang menjaga langit yang Ketujuh itu:
"Saya ini Penjaga Suma'at(ingin masyhur), sesungguhnya sipengamal ini ingin termasyhur dalam kumpulan-kumpulan dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawannya yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin, Allah memerintahkan kepadaku agar amalnya itu jangan sampai melepasiku dan jangan sampai kepada yang lain, dan tiap-tiap amal yang tidak bersih kerana Allah, maka itulah balasannya. Allah itu tidak akan menerima dan mengabulkan kepada amalnya orang-orang yang riya."
Kemudian Malaikat Hafadzah itu naik lagi dengan membawa amalnya hamba seperti sholat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak yang baik dan pendiam tidak banyak bercakap kosong, selalu berzikir kepada Allah; kemudian diiringi oleh Malaikat ke langit ketujuh sehingga sampai menerobos hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah. Para Malaikat itu berdiri di hadapan Allah. Semua menyaksikan bahawa amal ini adalah amal yang sholeh, yang diikhlaskan kerana Allah.
Tetapi firman Allah:
"Kalian Hafadzah, pencatat amal hambaKu, sedang Akulah yang mengintip hatinya, amal yang ini tidak kerana Aku, yang dimaksudkan olehnya itu adalah selain daripadaKu; tidak diikhlaskan kepadaKu. Aku lebih mengetahui daripada kamu apa yang dimaksudkan olehnya dengan amalnya itu. Aku laknat mereka, menipu kepada orang lain,dan juga menipu kepadamu(Malaikat-malaikat Hafadzah) tapi Aku ini tidak akan tertipu olehnya. Aku ini Yang Paling Tahu akan hal yang ghaib-ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepadaKu setiap apa pun yang samar, tidak akan tersembunyi bagiKu setiap apa pun yang tersembunyi. PengetahuanKu atas apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuanKu akan apa yang bakal terjadi. PengetahuanKu atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuanKu kepada yang akan datang. PengetahuanKu kepada orang-orang yang terdahulu sebagaimana PengetahuanKu kepada orang-orang yang kemudian.
Aku Lebih Tahu atas apa pun yang lebih samar dari pada rahsia. Bagaimana bisa hambaKu dengan amalnya itu menipuKu, bisa juga mereka itu menipu kepada makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui kepada yang ghaib-ghaib.
LaknatKu tetap kepadanya."
Kata ketujuh Malaikat dan 3000 Malaikat yang menyertai: "Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah LaknatMu dan laknat kami semua bagi mereka."
Maka semua yang ada di langit mengucapkan: "Tetaplah laknat Allah kepadanya, laknatnya orang-orang yang melaknat."
Sayyidina Mu'adz(yang meriwayatkan hadis ini) kemudian menangis dengan terisak-isak dan berkata:
"Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari apa yang diceritakan itu?"
Sabda Rasulullah:
"Hai Mu'adz, ikutlah Nabimu dalam soal keyakinan!"
Aku bertanya kembali: "Tuan ini adalah Rasulullah, sedangkan saya ini hanyalah si Mu'adz bin Jabal. Bagaimana saya bisa selamat dan bagaimana bisa terlepas dari bahaya tersebut"
Bersabda Rasulullah:
"Ya begitulah, seandainya dalam amalmu ada kelengahan, maka tahanlah mulut mu jangan sampai menjelekkan orang lain dan juga kepada saudara-saudara mu sesama ulama; apabila kamu hendak hendak menjelekkan orang lain, kamu harus ingat kepada dirimu sendiri, sebagaimana engkau tahu bahwa dirimu pun penuh dengan aib-aib, jangan membersihkan dirimu dengan menjelekkan orang lain, jangan mengangkat diri sendiri dengan menekan orang lain, jangan riya dengan amalmu agar amalmu itu diketahui orang lain; dan janganlah termasuk orang yang mementingkan keduniaan dengan melupakan akhirat, kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik, dan jangan takabbur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia dan akhirat, dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlakmu itu, jangan membangkit-bangkit apabila membuat kebaikan, jangan merobek-robek (peribadi) orang lain dengan sebab mulutmu, kelak engkau akan dirobek-robek oleh anjing-anjing jahanam yakni sebagaimana firman Allah yang bermaksud:
"Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia. Jadi mengoyak-ngoyak daging dari tulang."
Aku berkata: "Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam ini."
Jawab Rasulullah saw: "Mua'adz, yang kami ceritakan tadi itu, akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT, cukup untuk menggalang semua itu; kamu harus menyayangi orang lain sebagaimana kamu menyayangi dirimu sendiri, dan benci bagi orang lain apa-apa yang dibenci olehmu sendiri, apabila demikian, maka kamu akan selamat dan pasti dirimu akan terhindar.
Kata Khalid bin Ma'dan (yang meriwayatkan Hadits tersebut dari Sayyidina Mu'adz).
"Sayyidina Mu'adz sering membaca Hadits ini sebagaimana seringnya membaca Al Quran, mempelajari Hadits ini sebagaimana mempelajari Al Quran dalam majlisnya."
Maka setelah kalian mendengar hadits ini yang demikian luhur beritanya, yang besar bahayanya, kesannya yang menyakitkan, dan terasa akan terbang bila hati mendengarnya serta membingungkan akal dan menyempitkan dada serta penuh dengan huru-hara yang mengagetkan.
Nah, apabila kamu telah mendengarnya, maka kamu harus berlindung kepada Tuhanmu, Tuhan Seru Sekelian Alam. Diam di pintu, mudah-mudahan saja dibuka dengan lemah lembut/merendahkan diri dan mendoa, menjerit dan menangis semalam-malaman, juga di siang hari bersama-sama dengan orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit, berdoa kepada Allah; sebab tidak akan bisa selamat ini, kecuali dengan adanya Rahmat Allah Taala; dan tidak bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan Penglihatan [Hakikat Niat, Ikhlas dan Shodiq Mengikut Pandangan Ahli Sufiah]dan TaufikNya dan Inayat daripadaNya.
Bangunlah dari lengahnya wahai orang-orang yang lengah, urusan ini harus benar-benar diperhatikan olehmu, lawanlah nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini.
Mudah-mudahan kamu tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka, dan mohon pertolongan hanyalah kepada Allah Taala, bila masa saja dan keadaan bagaimanapun, Dialah yang membantu dengan sebaik-baiknya dan Yang Paling Belas Kasihan.
Tiada daya dan upaya melainkan dengan Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Besar
Ikutilah kupasan tentang Hakikat Ikhlas mengikut pandangan ahli Tasauf yang sekaligus akan membukakan butir-butir pengertian yang tersirat di sebalik nasihat Rasulullah kepada Mu'adz seperti di atas di dalam fasa berikut serta sama-sama mengutip mutiara hikmah yang terselindung di sebalik ungkapan-ungkapan seperti berikut;
Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepadaKu setiap apa pun yang samar, tidak akan tersembunyi bagiKu setiap apa pun yang tersembunyi.
"dan tidak bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan Penglihatan dan TaufikNya dan Inayat daripadaNya.
"Bermula ikhlas itu satu rahsia daripada rahsia aku, aku taruhkan ia dihati hamba yang aku kasihi daripada hamba-hamba ku."
Wasiat Rasulullah kepada Saidina Ali
wahai ali bagi orang mukmin ada tiga tanda;
TIDAK TERPAUT HATI NYA PD HaRTA.
TIDAK TERPESONA DENGAN PUJUK RAYU DAN KECANTIKAN WANITA.
BENCI TERHADAP PERBUALAN DAN PERKATAAN YANG SIA2.
wahai ali bagi orang mukmin ada tiga tanda org alim;
JUJUR DALAM BERKATA2.
MENJAUHI SEGALA YANG HARAM.
MERENDAH KAN DIRI.
wahai ali bagi orang mukmin ada tiga tandaorang jujur;
MERAHSIAKAN IBADAH NYA
MERAHSIAKAN SEDEKAH NYA
MERAHSIAKAN UJIAN YANG SEDANG DIHADAPI NYA.
0 cutie berceloteh